.::I'M ONLY SERVANT OF ALLAH::.

"Di perhentian terakhir itulah manusia akan hidup berkekalan sama ada dengan limpahan NIKMAT selama-lamanya atau menghadapi AZAB, juga selama-lamanya. Sebelum tiba di titik pengakhiran itu, manusia akan terus mengembara..."

...JALINAN UKHUWAH...

...MELAKAR PELANGI...

Daisypath Anniversary tickers

...KEEP IN MEMORY...

Daisypath Happy Birthday tickers
Daisypath Happy Birthday tickers

PERMATA HATI UMMI ABI

Lilypie Second Birthday tickers
Lilypie First Birthday tickers

...ANTARA MUSIBAH@AZAB...


Dapatkan Mesej Bergambar di Sini

salam....
hari nie teringin plak nak buat pkongsian dgn pbaca...
alhamdulillah...ipg ana dah selamat kuarantin for 1week...
selamat sumanya...duk rmh pun xpi mana2...suma org duk syak jea...padahal ana xkene pun...he3...btul la perumpamaan org tua2: krn nila setitik habis susu sebelanga...tp ada hikmah knapa dpt balik rmh coz oleh disebabkn hal nie berlakulah perhimpunan anak berankk..he3...adik ana yg kat uitm penang pun cuti jg...2weeks lg..last2 cuti raya 2hri jea...jdnya spjg cuti nie ana kne la muhasabah diri, siapkan nota, rehatkn fizikal, uruskn adik2 p sek n mcm2 la..he3 Sehinggakn ana pi kluar petik rmbutan kat luar rmh pun org tegur...."ina, knapa kluar???kne kuarantin kn?"...ana senyum jea...xdpt nk kata pe....
utk perkongsian bersama, cuba kita fikir dan renungkan...mengapa ALLAH s.w.t menjadikan mekanisme udara sebagai pbwa wabak ini???adakah umatnya kian lupa sehingga kn perlu menurunkan musibah@azab ini???udara amat penting utk manusia hidup dan merasai nikmat permainan di dunia...skrg ramai yg mengejar kuasa, harta, nama dan tidak kurg pula yg lupa ttg khadiran nikmat itu adalah dri ALLAH s.w.t...
Riwayat Bukhari dan Muslim ada menyatakan:
"Tidak ada musibah yang menimpa umat ISlam hingga sekecil duri yang menusuknya, melainkan ALLAH Azza wa Jalla akan menhapus dosa-dosanya"

AL-Qurtubi, seorg ahli tafsir memberikan definisi musibah sebagai semua peristiwa yang menyakiti org beriman....sepertimana yang kita sedia maklum, musibah merupakan kejadian yang membawa kepada kerugian...
Musibah atau bencana yang menimpa orang yang beriman yang tidak lalai dari
keimanannya, sifatnya adalah ujian dan cubaan. Allah ingin melihat bukti
keimanan dan kesabaran kita. Jika kita menyikapi dengan benar, dan
mengembalikan semuanya kepada Allah, maka Allah akan memberikan pertolongan dan
rahmat sesudah musibah atau bencana tersebut.

Sebaliknya bagi orang-orang yang bergelumang dosa dan kemaksiatan, bencana
atau musibah yang menimpa, itu adalah seksa atau azab dari Allah atas dosa-dosa
mereka. Apabila ada orang yang hidupnya bergelimang kejahatan dan kemaksiatan,
tetapi terlepas dari bencana/musibah, maka Allah sedang menyiapkan bencana yang
lebih dahsyat untuknya, atau bisa jadi ini merupakan siksa atau azab yang
ditangguhkan, yang kelak di akhirat-lah balasan atas segala dosa dan kejahatan
serta maksiat yang dilakukannya.

Sebenarnya yang terpenting bukan musibahnya, tetapi apa alasan Allah menimpakan
musibah itu kepada kita. Untuk di ingat, jika musibah itu terjadi, disebabkan
dosa-dosa kita, maka segera-lah bertaubat kepada Allah. Kalau musibah yang
terjadi kerana ujian keimanan kita, maka kuatkan iman dan berpegang teguhlah
kepada Allah.

Siapa saja berbuat kebaikan, maka manfaatnya akan kembali kepadanya. Sedangkan
siapa saja berbuat kejahatan, maka bencananya juga akan kembali kepada dirinya
sendiri. Bisa dibalas didunia atau di akhirat.

Perhatikan firman allah SWT berikut ini : ”Barangsiapa mengerjakan perbuatan
jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu.
Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan
sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi
rezki di dalamnya tanpa hisab”. (QS. Al Mukmin [40] : 40).

Perhatikan juga dengan seksama firman Allah SWT berikut ini : “Apa saja nikmat
yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka
dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap
manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. An Nissa [4] : 79)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah
dari Allah” adalah dari karunia dan kasih sayang Allah SWT. Sedangkan makna
“dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.”
Berarti dari dirimu sendiri dan dari perbuatanmu sendiri.
Berikut beberapa contoh :
1. Musibah boleh menjadi sebagai peringatan
Musibah ini diberikan kepada kaum mukmin yang merosot keimanannya. Peringatan
ini kerana kasih sayang Allah SWT. Misalnya seseorang yang berada dalam
kesempitan rezki. Kemudian ia bermunajat di malam hari agar Allah
memberikannya keluasan rezeki. Solat tahajjud, solat Dhuha, puasa sunat
Isnin dan Khamis dan perbaikan ibadah lainnya dengan semaksimal mungkin. Hingga Allah SWT memberikan jalan keluar. Bisnesnya berkembang, karyawan bertambah, kesibukan semakin meningkat. Tapi justru dikarenaka sibuknya satu persatu ibadah sunahnya mulai ia tinggalkan. Solat-solatnya pun semakin tidak khusyu'. Seharusnya
bertambahnya nikmat, membuat ia bertambah syukur dan semakin dekat dengan
Allah, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, nikmat bertambah malah membuatnya
semakin jauh dari Allah.

Orang ini sebenarnya sedang mengundang datangnya musibah,atau azab Allah.
Musibah yang datang kepadanya sebagai peringatan untuk meningkatkan kembali
keimanannya yang merosot itu. Bisa saja terjadi tiba-tiba usahanya macet dan
banyak mengalami kerugian. Akibatnya ia terlilit hutang. Dalam keadaan bangkrut
tadi tidak ada yang mau menolongnya. Ketika itulah ia kembali kepada Allah
untuk memohon pertolongan dengan cara memperbaiki ibadah-ibadahnya yang selama
ini sudah tidak ia perhatikan lagi. Tercapailah tujuan musibah yaitu pemberi
peringatan.
Musibah juga bisa sebagai penggugur dosa-dosa kita. Perhatikan sabda Rasulullah
saw berikut ini: “Tak seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semisal tusukan
duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah
menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana
pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Perhatikan dengan seksama firman Allah SWT berikut ini : “Dan Sesungguhnya kami
merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang
lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS. As Sajdah : 21)
Jadi sebenarnya, Allah SWT menurunkan musibah atau azab pada kita di dunia ini,
sebagai peringatan bagi kita, untuk kembali pada kebenaran.

2 Musibah sebagai ujian keimanan
Musibah ini adalah tanda kecintaan Allah SWT pada seseorang hamba. Semakin
tinggi derajat keimanan dan kekuatan agama seseorang justru ujian (musibah)
yang menimpanya akan semakin berat. Perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini :
Dari Mush'ab bin Sa'd dari ayahnya. Ayahnya berkata: Aku bertanya kepada
Rasulullah SAW," Manusia manakah yang paling berat ujiannya?" Rasulullah SAW
menjawab," Para Nabi, kemudian disusul yang darjatnya seperti mereka, lalu
yang di bawahnya lagi. Seseorang diuji sesuai keadaan agamanya. Jika agamanya
itu kukuh maka diperberatlah ujiannya. Jika agamanya itu lemah maka ujiannya
pun disesuaikan dengan agamanya. Senantiasa ujian menimpa seorang hamba hingga
ia berjalan di muka bumi tanpa dosa sedikit pun." (HR. al-Ahmad, al-Tirmidzi
dan Ibn Majah,berkata al-Tirmidzi: hadits hasan shahih)
Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian juga telah disebutkan didalam Al Qur’an
seperti tertulis dalam firman Allah SWT : “Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
(QS. Al Anbiya [21] : 35)
Cubaan atau ujian yang menimpa setiap orang dan ini boleh berupa keburukan atau
kebaikan, kesenangan atau kesengsaraan, sebagaimana disebutkan pula didalam
firman-Nya yang lain yaitu : “Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi
beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang soleh dan di antaranya ada
yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan
(bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran) (QS. Al
A’raf [7] : 168).
Sekarang cuba tanyakan dengan jujur pada diri sendiri, bagaimana keimanan kita
terhadap Allah SWT ?Apabila kita termasuk orang yang lalai, maka jawaban atas
musibah yang menimpa, adalah sebagai azab dan peringatan atas kelalaian kita,
agar kita sadar dari kelalain kita selama ini. Dan segeralah bertaubat.
Dan kalau kita bukan hamba-Nya yang lalai, maka segala ujian yang terjadi
menimpa kita, adalah sebagai suatu ujian, dimana dengan ujian itu, Allah telah
menyiapkan tingkat keimanan yang lebih tinggi untuk kita. Seperti menjadikan
kita hamba pilihan-Nya yang sabar. Dan pahala orang yang sabar sungguh tanpa
batas. Seperti tertulis dalam firman-Nya : “…..Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (Az Zumar [39] :
10) Dengan kesabaran, akan meraih redha Allah, dan redha Allah adalah
segalanya...
Semoga kita dapat merasai thap mana keimanan kita...dan masih lagi mempunyai hati yg ingin merasai kemanisan Islam...bukan hati yg mati dan tidak mampu menerima teguran dari ALLAH melalui musibah yg diturunkn secra langsung atau tidak...semoga kita sentiasa dlm kasih-sayang dan dibawah lembayung rahmat ALLAH....ameen

Read more

...TRIP KE IPGM ZON TENGAH...









salam...
lawatan ASPIRASI MUHIBBAH ke IPGM zon tengah....

Tarikh : 26 - 28 Jun 2009

Masa : 3 hari 2 malam

Tempat :



•IPGM Kampus Pendidikan Islam,
•IPGM Kampus Bahasa Melayu Malaysia,
•IPGM Kampus Ilmu Khas,
•IPGM Kampus Pendidikan Teknik
•IPGM Kampus Bahasa Antarabangsa.

alhamdulillah...lawatan aspirasi muhibbah nie byk bg input yg blh dijadikan sbgai penambahbaikkan dalam organisasi JPP di IPGM KPM...ana hrap exco2 ana dpt ilmu yg mampu mmberikan perubahan yg positif pada JPP khususnya dan guru pelatih umumnya...
diharapkan dgn terjalinnya hubungan dgn delegasi JPP zon tenga dpt memantapkan lg struktur JPP di IPGM selaku penghubung antara guru pelatih dan pihak ptadbir...terima ksih dan sekalung penghargaan buat JPP IPGM KPI, KBMM, KIK, KTKL, KBAA kerana sudi terima kunjungan srikandi dari melaka...

akhir kalam,

BUAH CEMPEDAK BUAH KUINI,
DIBAWA KAYANGAN UNTUK DIMAKAN,
UKHUWWAH TIDAK BERAKHIR DI SINI,
BALAS KUNJUNGAN KAMI HARAPKAN.

Read more

...I'M PROUD TO BE A MUSLIM...


THE MUSLIMS ARE FRIENDLY & LIKEABLE


The Muslim who truly understands the teachings of his religion is gentle, friendly and likeable. He mixes with people and gets along with them. This is something which should be a characteristic of the Muslim who understands that keeping in touch with people and earning their trust is one of the most important duties of the Muslim. It is an effective means of conveying the message of truth to them, and exposing them to its moral values, because people only listen to those whom they like, trust and accept. Hence there are many Hadiths which commend the type of person who is friendly and liked by others. Such a person is one of those chosen ones who are beloved by the Prophet Muhamad (saw) and will be closest to him on the Day of Resurrection:





"Shall I not tell you who among you is the most beloved to me and will be closest to me on the Day of Resurrection?" He repeated it two or three times, and they said, 'Yes, O Messenger of Allah (saw).’ He said: "Those of you who are the best in attitude and character." (Reported by Ahmad and its Isnad is Jayyid) Some reports add: "Those who are down to earth and humble, who get along with others and with whom others feel comfortable."




One of the attributes of the believer is that he gets along with others and others feel comfortable with him. He likes people and they like him. If he is not like this, then he will not be able to convey the message or achieve anything of significance. Whoever is like that has no goodness in him, as in the Hadith:





"The believer gets along with people and they feel comfortable with him. There is no goodness in the one who does not get along with people and with whom they do not feel comfortable.” (Reported by Ahmad and al-Bazar; the men of Ahmad's Isnad are Rijal as-Sahih)




The Prophet Muhamad (saw) set the highest example of good behaviour towards people. He was skilful in softening their hearts and called them to follow him in word and deed.. He demonstrated how to reach people's hearts and win their love and admiration.




He was always cheerful and easy-going, NEVER HARSH. When he came to any gathering, he would sit wherever there was a free space, and he told others to do likewise. He treated everyone equally, so that no one who was present in a gathering would feel that anyone else was receiving preferential treatment. If anyone came to him and asked for something, he would give it to them, or at least respond with kind words. His good attitude extended to everyone and he was like a father to them. The people gathered around him were truly equal, distinguished only by their level of taqwa. They were humble, respecting their elders, showing compassion to young ones, giving priority to those in need and taking care of strangers..




The Prophet (saw) never used to disappoint anyone who came to ask from him. There are three characteristics that he did not possess: he was not argumentative, he did not talk too much, and he did not concern himself with matters that were not his business. There are three things that he never did to people: he never criticized anyone, he never said "Shame on you!" to anyone, and he never looked for anyone's faults. He never said anything but that for which he hoped to earn reward. When he spoke, the people around him would listen earnestly, sitting still as if there were birds on their heads. When he was silent, then they would speak. They never argued with one another in his presence. They would smile at whatever he smiled at, and would be impressed by whatever impressed him. He would be patient with a stranger who might be harsh in his requests or questions, and his Companions would ask the stranger to speak gently. He said, "If you see someone in need, then help him." He never accepted praise except from someone who was thanking him for a favour, and he never cut off anyone who was speaking; he would wait until the person indicated that he had finished, or stood up.




Aishah tells us that he used to be cautious of the worst type of people, and he would speak gently to them and treat them well. A man sought permission to enter upon him and he said, "Let him in, what a bad brother of his tribe he is!" When the man came in, he spoke gently to him. Aishah said: ‘O Messenger of Allah (saw), you said what you said, and then you spoke gently to him.’ He (saw) said, "O Aishah, the worst of people is the one whom people avoid (or are gentle towards) because they fear his slander." (Bukhari and Muslim)




The true Muslim follows in the footsteps of his Prophet in his dealings with all people, whether they are good or bad, so that he is liked and accepted by all people.


By: Dr. Muhammad Ali Al-Hashimi
Source: islaam.com

Read more

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails